Lagi mengalami disagree nih sama nyokap, seharian gue
ga ngasih kabar ke nyokap, bales sms nyokap flat, mungkin nyokap ngerasa kalo
gue beda soalnya beliau nanya “kau lagi bt dek?” untuk menutupinya gue bilang
aja “enggak ko ma” dan malam itu gue ngerasa sedih, merasa terhakimi oleh dosa,
dihantui rasa durhaka. Sampe malem gue insom dan cara mengisi keinsoman saat
itu gue buka laptop dan buka buka buka stok fim yang belum ditonton, dan gatau
kenapa hati gue bilang “tonton tuh long visit” padahal itu film udah have
watched, yaudah keinginan hati ga bisa ditolak akhirnya film itu gue tonton for
a twice dan selama film itu jualah airmata gue tak terbendung. Film yang sangat
mengajarkan bagaimana seorang ibu mengasihi anaknya tanpa batas. Buat kalian
yang udah pernah nonton silahkan baca review gue akan film itu, semoga rhema
yang kita dapet sama ya, kalian yang belum nonton, gue saranin kalian nonton!
semoga reviewan ini semakin menggebukan curiosity kalian buat nonton filmnya :P
Jadi ceritanya, ada sebuah keluarga kecil yang terdiri
dari Ayah, Ibu, their daughter and son. diceritakan bahwa keluarga ini berada
dalam kasta sederhana sekali (ga kaya tapi agak kurang mampu), Ibu ini begitu sangat
mengasihi anak perempuannya karena ibu ini pernah terpukul ketika anak
perempuannya yang pertama meninggal dunia saat kecil makanya anak perempuannya
sekarang ini yang namanya Jisuk sangat disayang dan diperhatikan (takut
kehilangan untuk kedua kalinya). dilain sisi Ayah dari keluarga ini sering
melakukan KDRT terhadap sang Ibu, karena hal inilah si Jisuk agak kepahitan
sama sang ayah dan suka marah sampai-sampai kabur dari rumah ketika ngeliat
sang Ayah memukuli Ibunya.
Jisuk ini memiliki mimpi yang besar untuk bisa kuliah
ke Seoul, dan dicerita ini si jisuk dapet beasiswa untuk melanjutkan kuliah
dengan gratis!
disaat detik-detik keberangkatan Jisuk. Adik, Ayah dan Ibunya
pergi mengantar ke stasiun kereta api, Ibunya Jisuk banyak sekali memberikan
pesan kepada Jisuk sedang si Ayah dan adiknya sibuk memasukkan barang Jisuk ke
dalam kereta. moment ini menyentuh banget bow, jadi inget pas gue berangkat ke
Bandung, nyokap nemenin gue dikosan selama dua hari dan dihari kedua pas nyokap
mau pulang kami pelukan sambil nangis berdua seakan berat berpisah T__T
disaat keberangkatannya Jisuk membuka tas yang diberika
ibunya kepadanya yang isinya berat banget dan saat Jisuk membuka ia kaget dan
terharu ibunya membekali ia dengan makanan kesukaannya dan beberapa uang receh
yang sengaja ia kumpulkan dan tabungkan, dalam tas itu juga Ibunya menyisipkan
surat dan ini bunyi suratnya
“anakku Jisuk. .
ada begitu banyak yang ingin ibu katakan, tapi ibu
tidak tahu bagaimana memulainya.
ibu tidak bisa menjagamu dengan baik, tapi ibu sangat
bangga padamu. Kamu telah pergi ke Seoul.
ibu sangat khawatir. Apakah kau makan dengan baik?
Apakah kamu akan sakit?
Ibu percaya padamu, jadi ibu harus membiarkanmu pergi
sekarang.
mungkin tidak banyak, tapi ibu menabungnya untukmu.
jika ibu harus membeli tauge senilai 20 sen, ibu hanya membeli senilai 10 sen.
saat ibu harus membeli tahu, ibu membelinya hanya setengah blok.
maafkan ibu tidak memberi lebih banyak. ibu sedih anak
perempuan ibu harus pergi. maafkan ibu. “
perjuangan ibu jisuk tidak sampai disini, dalam
hubungan asmara jisuk ibunya juga sangat sangat berperan! dalam cerita jisuk
menjalin hubungan dengan seorang pria berstrata menengah keatas setalah
melakukan pertemuan orangtua, ibu dari pihak cowo tidak suka dengan jisuk
karena latar belakang keluarganya yang tidak mampu. disaat nyokap si pihak cowo
mendiskreditkan jisuk ibunya jisuk membela dan tidak terima jika anaknya
diremehkan dan saat itu juga keluarga Jisuk meninggalkan dinner dan menimbulkan
amarah pada hati ibu si pihak cowo, namun karena ibunya jisuk tahu bagaimana
sayangnya putrinya ini kepada sicowo akhirnya malam-malam disaat hujan deras
ibu jisuk mnemui mamanya si cowo dan meminta maaf atas omongan yang tak
mengenakan disaat pertemuan keluarga kemarin dan meminta agar hubungan cinta
anak mereka dilanjutkan *dari sini bisa disimpulkan betapa rela berkorbannya
sang Ibu, ia tidak lagi memikirkan harga dirinya dan tidak mengedepankan
keegoisannya*
Disaat kesendiriannya (beberapa hari setelah suaminya
meninggal) ibu jisuk mendatangi gereja untuk konseli, ia menceritakan kepada
konseli mengapa ibu jisuk ini sering keperamal dan alasannya untuk menanyakan
anaknya karena ibu jisuk ini sangat sayang kepada anaknya dan ia lebih
mempercayakan masa depan anaknya kepada peramal dan tidak ingin melihat anaknya
menderita. “Mengapa bunda maria
merelakan anaknya (Tuhan Yesus) menderita, sedangkan tidak ada orangtua didunia
ini yang rela melihat anaknya menderita”. Itulah sedikit konseling ibu Jisuk
kepada pendeta.
Quote bagus yang gue kutip dari omongan Jisuk akan
Ibunya -Kapanpun aku sedang susah, ibu selalu menghiburku. Jika aku menangis,
Ibu menangis lebih dariku. saat hatiku sedang sedih, hatinya pasti ikut
sedih. itulah seorang ibu-
selama beberapa hari Jisuk pulang kekampung halamannya,
menghabiskan waktu bersama ibunya. siapa sangka, Jisuk terserang penyakit
kanker pancreas tingkat akhir, dan ia menyembunyikannya kepada ibunya namun
pada akhirnya si Ibu tau penyakit itu dari suami Jisuk yang ditelpon si ibu
saat Jisuk mandi. malam itu merupakan malam terakhir Jisuk berkunjung dirumah
Ibunya dan peristiwa mengharukanpun terjadi dimalam itu, tangis dan air mata ga
akan bisa deibendung buat kalian yang menontonnya!
Dalam film ini memang terlihat bahwa Ibunya mengambil
banyak peran, namun secara eksplisit orang-orang disekitar juga ternyata
memiliki touching act :
Ayah
Walaupun ayah jisuk terkesan antagonis karena sering
melakukan KDRT kepada ibu jisuk, namun ayah jisuk tetap memiliki jiwa kebapaan,
jiwa yang senang bila keluarga bersama-sama dan beliau ternyata menghawatirkan
anaknya yang berniat melanjutkan kuliah di Seoul ini kutipannya ketika
mendengar bahwa Jisuk mendapatkan beasiswa ke Seoul. “seharusnya keluarga itu
tinggal bersama-sama” “kenapa kau ingin
pergi begitu jauh?” dengan raut yang sedih tapi bahagia
suara hati jisuk kepada ayahnya saat meninggal
“ Aku kira aku tidak menyukai ayahku. Aku kira aku
membenci ayahku. Aku kira aku tidak mempunyai kenangan tentang dia dan aku tak
merindukannya”
Adiknya
Memang adiknya Jisuk adalah tokoh yang netral, Ia
selalu taat kepada kakanya dan bahkan ia tidak benci kepada kakanya meskipun ia
tidak dikasihi seperti kakanya, bahkan ketika kakanya mendapat beasiswa adiknya
turut senang dan bangga. Adiknya inipun ternyata dapat membanggakan keluarga
sederhananya dengan bekerja sebagai tentara, keluarga yang dulu tak ada apa-apa
sekarang memiliki apa-apa.
Finally, Hari kematian Jisuk tiba Ia meninggalkan
seorang anak serta suami, adik dan Ibunya yang terlihat semakin tua dan lemah,
betapa sedihnya Ibu Jisuk ketika kembali kerumah. Ia merasa kehilangan merasa
kesepian bahkan sepertinya mengalami depresi. dan diakhir cerita Ibu Jisuk
berkata
“Anakku, Ibu masih terus hidup meski ibu telah
mengantarkanmu pergi, hari-hari telah berlalu. semakin dekat hari bertemu
denganmu, seharusnya ibu cepat menyusulmu dan berbicara denganmu agar kau tak
kesepian . Ibu sungguh bodoh ibu tidak bisa tidur karena khawatir. ibu tak bisa
bertemu denganmu meski ibu sudah mati.
Anakku, jika kau mendengar kematianku jangan biarkanku tersesat kau
harus mencariku. Anakku, Apakah kau tau hal terbaiki yang kulakukan dalam
hidupku adalah melahirkanmu. Hal yang paling kusesali dalam hidupku adalah juga
melahirkanmu”
Lihat guys, betapa besarnya hati seorang Ibu, Tidak ada
Ibu yang tidak mengasihi anaknya. Bagaimanapun Ibumu, hargai dia, sayangi dia,
taati dia. karna dia tahu apa ayang terbaik untukmu, kau adalah kesukaan bagi
ibumu. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar